November 29, 2010

Pekik Aroma, 15.21 18 sep 01

dihembusan terakhir ia masih terselip
tak mengikuti hela yang terbuang
tak beranjak bersama kepulan
tak mengejar kelabu asap
padahal tenggorokan telah perih menarik
mungkin memang begitu sekarang
semestinya
mungkin

dihembusan terakhir ia masih tergenggam
tertinggal dan tak meninggalkan
pergi dan kembali
ke rumah hati
di mana ia meninggalkan hati
masih ingin tetap
mendera bagai deru mesin
berputar tiada ada menghenti
berhenti

dihembusan terakhir ia masih tertahan
di sela bibir yang tak berucap kata
mungkin bisu
tak mungkin mati

dihembusan terakhir ia masih terbata
dengan tata diri yang kian menarik
dengan tat diri yang kian membeku
mungkin mati
tak mungkin bisu

atau ia bisu
mungkin mati

atau ia mati
mungkin bisu

hah, kurang strategi kemelut ini
atau sangat rumit peraturan

hamba mungkin sendiri
Tuan pun

Tuan mungkin sendiri
hamba pun

asapnya sudah hilang terbawa angin
belum sempat berkenal
bagaimana hendak sayang
pula bersalam manis

hanya tercium aroma
busuk menyengat dari mulut hati
tak berpintu
juga jendela
tak suka cahaya
tak suka angin
tak suka napas yang bergemul
kecuali Tuan

karena hamba pun sudah tahu
kata itu tak lengkap
kurang dirasa
kurang tercerna
kecuali Tuan

No comments: