November 24, 2011

Soe Hok Gie is One Greates Hero in My Life. (biografi)

Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.



Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.

Sesudah lulus SD, kakak beradik itu memilih sekolah yang berbeda, Hok Djin (Arief Budiman) memilih masuk Kanisius, sementara Soe Hok Gie memilih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Strada di daerah Gambir. Konon, ketika duduk di bangku ini, ia mendapatkan salinan kumpulan cerpen Pramoedya: “Cerita dari Blora” —bukankah cerpen Pram termasuk langka pada saat itu?

Pada waktu kelas dua di sekolah menangah ini, prestasi Soe Hok Gie buruk. Bahkan ia diharuskan untuk mengulang. Tapi apa reaksi Soe Hok Gie? Ia tidak mau mengulang, ia merasa diperlakukan tidak adil. Akhirnya, ia lebih memilih pindah sekolah dari pada harus duduk lebih lama di bangku sekolah. Sebuah sekolah Kristen Protestan mengizinkan ia masuk ke kelas tiga, tanpa mengulang.

Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Sedang kakaknya, Hok Djin, juga melanjutkan di sekolah yang sama, tetapi lain jurusan, yakni ilmu alam.

Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik.

Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemuidan kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi.

Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.


Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

                                                               makam Soe Hok Gie


24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.

                                                           Catatan Seorang Demonstran


John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya.

Kata Kata Soe Hok Gie
  • Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  • Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
  • Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
  • Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  • Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  • Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  • Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  • Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  • Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
  • Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
  • Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  • Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  • Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
  • To be a human is to be destroyed.
  • Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  • Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  • I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
  • Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  • Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
  • Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
  • Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Betapa sederhana sekaligus rumitnya seorang pahlawan muda kita. Sayang, terlalu lekas beliau menikmati gejolak pemikirannya akan bangsa ini. Soe, semoga tidak hanya aku yang kau tulari keresahan yang menggila untuk tetap bertanya. 
Ini ada video puisi terakhir Soe Hok Gie yang dibacakan Nicholas Saputra, silakan nikmati.. ^^




Sumber: kolom-biografi.blogspot.com 

Pemikiran Feminisme Nawal El-Saadawi Pada Teks al-Wajhu al-A’ri lil Mara’h al-Arabiyyah




Feminisme selain gerakan kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi, juga merupakan salah satu teori sastra, yaitu sastra feminis. Teori sastra feminis melihat bagaimana nilai-nilai budaya yang dianut suatu masyarakat, suatu kebudayaan,yang menempatkan perempuan pada kedudukan tertentu serta melihat bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam tingkatan psikologis dan budaya. Dalam hubungannya dengan studi kultural, studi ini merupakan gerakan keilmuan dan praksis kebudayaan yang mencoba kritis dalam menangkap teori kebudayaan yang bias “kepentingan elit budaya dan kekuasaan”. Studi ini bertujuan menimbulkan kesadaran yang akan membebaskan manusia dari masyarakat irasional. Studi kultural juga mempersoalkan hubungan antara budaya dan kekuasaan yang mempertanyakan konsep-konsep konvensional menyangkut kebenaran, nilai, kesatuan, dan kestabilan. Oleh karena itu, karya sastra akan dilihat sebagai teks yang merupakan objek dan data yang selalu terbuka bagi pembacaan dan penafsiran yang beragam. Teks diterima dan dipahami oleh pembacanya dan lingkungan budaya dimana teks tersebut diproduksi dan dikonsumsi. Jadi, teks bersifat intertekstual dan sekaligus subjektif atau dengan kata lain, teks bersifat intersubjektif. Artinya teks tergantung pada bagaimana penafsiran-penafsiran yang diajukan orang lain dalam kode-kode dan konvensi-konvensi suatu komunitas, dan dengan demikian disahkan atau ditolak. Julia Kristeva danRoland Barthes menyatakan bahwa teks dibentuk oleh kode-kode dan konvensi-konvensi budaya serta mewujudkan ideologi tertentu. 

Pengkajian budaya lebih mengamati aspek sosial politis dari kehadiran teks sastra. Dalam hal ini teks sastra dianggap bisa menyosialisasikan berbagai hal untuk membangun atau meruntuhkan suatu ideologi. Pendekatan budaya feminis, khususnya feminis Muslim, digunakan untuk mengamati bagaimana gagasan feminis El Sadawi dimunculkan menghadapi dominasi laki-laki, dan bagaimana citra perempuan sebagai korban atau citra perempuan yang berpotensi memperjuangkan kesetaraan ditampilkan dalam teks tersebut. pada tulisan ini penulis ingin melihat pemikiran feminisme dan ideologi patriarki dalam pada teks al-Wajhu al-A’ri lil Mara’h al-Arabiyyah karya Nawal El Saadawi.


Nawal El Saadawi yang terkenal sebagai feminis yang aktif menggugat kekuasaan lelaki,  budaya patriarki, kolonial negara dan agama, dalam  teks al-Wajhu al-A’ri lil Mara’h al-Arabiyyah tampaknya El Saadawi ingin mencoba untuk  membebaskan kaum perempuaan dari berbagai bentuk pelecehan, diskriminasi, dan  marjinalisasi yang disebabkan oleh sistem patriarkat yang berkelas-kelas didalam masyarakat manusia secara totalitas. Kebudayaan islam, atau kebudayaan arab bukanlah satu-satunya kebudayaan yang menjadikan perempuaan sebagai barang dagangan atau  budak  belian, karena agama masehi dan kebudayaan eropapun melakukan hal yang sama bahkan lebih kejam mereka melakukan diskriminasi ataupum segala bentuk penindasan terhadap kaum perempuaan.


Agama-agama di dunia memiliki peran dan prinsip-prinsip yang hampir sama, tentang keharusan kaum perempuan harus mengikuti kaum lelaki dimana konsep patriarki itu tumbuh. Banyak klaim dan dalil-dalil yang diduga berasal dari “tuhan” maskulin yang menetapkan nilai klasifikasi serta kekuasaan lelaki didalam rumah tangga maupun lingkungan sosial masyarakat. Kaum lelaki adalah lebih kuat/berkuasa dari pada kaum perempuaan bahkan perempuan diciptakan dari bagian tubuh kaum lelaki. Perempuaan bukanlah Makhluk lemah kualitasnya dibandingkan kaum lelaki sebagaimana diasumsikan  banyak orang. Bahkan sejarah telah berbicara kepada kita bahwa perempuan telah memberikan sumbangsih intelektual pertama dalam peradaban dunia, perempuan lebih dahulu berpikir dengan akalnya dibandingkan kaum lelaki. Dialah kaum perempuan yang menjadi pelopor pembangun ilmu pengetahuan dan peradaban dunia dalam sejarah kemanusian. Tuhan pertama adalah Euzuis sedangkan sebelumnya adalah Hawa.


Agama islam dan agama masehi adalah fase kemajuaan bagi pengembangan dan perluasaan masyarakat manusia dalam berbagai sisi kehidupan. Sebaliknya keterlibatan bagi perempuaan semakin bertambah. Islam memberikan hak-hak yang baru dan membuang hak-hak lama secara bertahap-tahap , itu terbukti pada masa Rasululah dan sekarang semuanya di renggut oleh bangsa arab. Maka dari itu Nawal menganjurkan untuk bersikap selektif dalam melihat peninggalan dan warisan sejarah peradaban arab dan islam, dimana ada sisi positif yang harus dicari dan ditegakan, sedangkan sisi negatifnya kita tinggalkan dengan ikut berdasarkan pada akumulasi positif peninggalan sejarah dan sisi positif pemikiran masa kini. Hal ini menunjukan bahwa gambaran yang di berikan bangsa arab dahulu ataupun yang sekarang bukanlah perempuan arab yang sesungguhnya.


Menurut Nawal El Saadawi  kaum perempuan tidak akan terbebaskan dari sistem patriarki kecuali dari diri mereka sendiri yang mulai merubahnya dan berusaha untuk mengangkat harkat dan martabatnya dengan mengusung gagasan perubahan dan modernisasi. Perempuaan haruslah kuat di mulai dari pribadinya masing-masing. menurut beliau perempuaan harus bisa terbebaskan dan berani menyikap tabir pikiran mereka, yaitu kesadaran palsu, kesan-kesan minor, dan sikap lemah yang selama ini melekat pada kaum perempuan. sehingga nantinya akan muncul sebuaah kesadaran baru pada diri mereka bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan berarti antara dirinya dan kaum lelaki. Setelah itu mereka akan menjadi suatu kekuatan politik yang memiliki otoritas dalam mengambil keputusan yang besar. Semua ini akan terwujud melalui organisasi keperempuanan yang sadar akan hak-hak dan tujuannya.


Untuk membuktikan gagasanya tersebut Nawal El Sadawi memberikan bukti sejarah sebagai antitesa dan solusi solutif. Sejarah telah menunjukan bahwa gerakan revolusi dan peperangan merebut kemerdekaan turut mempercepat proses pembebasan perempuaan di timur dan di barat, sebagaimana perang kemerdekaan Aljazair memberikan kontribusi penting terhadap hancurnya segala bentuk keterikatan perempuan di negara tersebut. Demikian pula gerakan pembebasan perempuan Palestina memberikan kontribusi besar terhadap pembebasan perempuan di Palestina sebagaimana halnya dengan seluruh gerakan kemerdekaan rakyat yang selalu erat hubungannya dengan pembebasan perempuaan.
Maka dari itu semua dalam perjalan hidupnya Nawal El Saadawi tidak pernah lelah untuk berjuang memerdekakan kaum perempuan dari segala bentuk penindasannya. Pada tahun 1981 El Saadawi membentuk AWSA (Solidaritas Perempuan Arab Association). Para AWSA (Arabic Women's Solidarity Association) adalah hukum pertama, organisasi feminis independen di Mesir. Organisasi memiliki 500 anggota lokal dan lebih dari 2.000 anggota secara internasional. Asosiasi ini menyelenggarakan konferensi internasional dan seminar, menerbitkan majalah dan telah mulai menghasilkan pendapatan proyek untuk perempuan di daerah pedesaan. Para AWSA dilarang pada tahun 1991 setelah mengkritik keterlibatan AS dalam Perang Teluk. El Saadawi merasa konflik irak dan libanon (perang teluk) seharusnya diselesaikan di antara orang Arab. tujuaan dari didirikannya organisasi ini adalah untuk mengupayakan kekuatan politik yang memperjuangkan kepentingan dan apresiasi kaum perempuaan. pada tahun 1985 organisasi AWSA  telah mendapatkan pengakuaan resmi dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB sebagai organisasi non Pemerintahan (NGO) Arab.

A quoi ca sert l'amour?

Hai, udah lama nih ngga nongol. Maklum sibuk... #gaya. Tapi emang beneran lagi sibuk nih, ampe sakit2 gitu udah dua mingguan.. #huhuhu. Eh, awal bulan kemaren kampus gw sempet ada ceremoni LSF alias La Semaine Francais alias Sepekan Prancis!! Keren dah acaranya, sayang, gw g sempet abadikan moment2 bagusnya, nontonnya aja sambil kuliah! #PLAK. Itu acara lomba2 untuk tingkat SMA sederajat. Lumayan menghiburlah brondong2nye booo.. nah salah satu lombanya itu ada lomba menyonyo alias menyanyi di depan khalayak ramai, lagunya pasti lagu Prancislah... Tapi yang nyanyi tentunya masih muka jawir betewong plus sundir... ya iyalah, pan anak2 bangsa endonesie.. Masa mukenye jadi Jastin Bleber... G mungkin dg.. Lagu yang dibawain bagus2, gw suka, yah walau ada beberapa lagu lama... nah setelah tu acara gw jadi otak2 situs fr buat nyari lagu2 fr yang baru2, tapi malah ketemu lagu Edith Piaf yang judulnya "A quoi ca sert l'amour?", abis denger, gw langsung suka, padahal itu lagu jadulz loh... kok gw baru nemu yak..... Nih, gw kasi contekan pidioklipnye.. Cekibrot breuw...^_^



Chanteuse: Edit Piaf
Titre: A Quoi Ca Sert L'Amour?


Nih ada soustitrenya alias teks lagunya.. #Teks? Lu kata Teks Pancasila?? 

Parole Francais                                                             Parole Anglais

A quoi ca sert l'amour

A quoi ça sert, l’amour?
On raconte toujours
Des histoires insensées
A quoi ça sert d’aimer?
L’amour ne s’explique pas!
C’est une chose comme ça!
Qui vient on ne sait d’où
Et vous prend tout à coup.
Moi, j’ai entendu dire
Que l’amour fait souffrir,
Que l’amour fait pleurer,
A quoi ça sert d’aimer?
L’amour, ça sert à quoi?
A nous donner d’la joie
Avec des larmes aux yeux…
C’est triste et merveilleux!
Pourtant on dit souvent
Que l’amour est décevant
Qu’il y a un sur deux
Qui n’est jamais heureux…
Même quand on l’a perdu
L’amour qu’on a connu
Vous laisse un gout de miel -
L’amour c’est éternel!
Tout ça c’est très joli,
Mais quand tout est fini
Il ne vous reste rien
Qu’un immense chagrin…
Tout ce qui maintenant
Te semble déchirant
Demain, sera pour toi
Un souvenir de joie!
En somme, si j’ai compris,
Sans amour dans la vie,
Sans ses joies, ses chagrins,
On a vécu pour rien?
Mais oui! Regarde-moi!
A chaque fois j’y crois!
Et j’y croirait toujours…
Ça sert à ça l’amour!
Mais toi, tu es le dernier!
Mais toi’ tu es le premier!
Avant toi y avait rien
Avec toi je suis bien
C’est toi que je voulais!
C’est toi qu’il me fallait!
Toi que j’aimerais toujours…
Ça sert à ça l’amour!

What good is it, love?

What good is it, love?
People are always telling their
foolish stories.
But what good is it, love?
Love can't be explained.
It comes, just like that,
from where no one knows
and suddenly it takes hold.
Me, I've heard it said
that it makes you suffer,
it makes you cry,
what good is it?
what good is it?
It brings us joy
with tears in our eyes.
It is sad and marvelous.
People say its' a deceiver,
that there is one in every pair
who is never happy.
Even when one has lost
a love one knew,
there is a taste of honey,
love the eternal.
That's all very pretty,
but when all is over and done,
it leaves you nothing
but a huge unhappiness.
All that now seems to
be tearing you apart,
tomorrow will be
a memory of pure joy.
All in all, if I understand it,
without love in your life,
without its joys and sadness,
you've lived for nothing.
Ah yes. Look at me.
I have believed in it every time
and will believe always.
That is what love is for.
But you, you are the last.
You are the first.
Before you there was nothing.
With you I feel fine.
It is you who I want,
You who I need,
You whom I will love always,
That's what love is for.








Bagus kan artinya, hahaha, tumben nih udah tersedia in englishnya, biasa gw musti ubek2 kamus doloooo...=.= 
Enjoy!